Senin, 30 Juli 2018
Sabtu, 28 Juli 2018
DETIK-DETIK GEMPA SUSULAN LOMBOK TIMUR DI MADRASAH
Gempa bumi berkekuatan 6,4 pada Skala Richter(SR) mengguncang Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ( NTB), Minggu, pukul 06.47 WITA. Namun, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Hasil analisis sementara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan pusat gempa bumi tersebut pada koordinat 8,26 lintas selatan, dan 116,55 bujur timur. "Lokasi gempa terjadi di regional Sumbawa pada kedalaman 10 KM," kata Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Agus Riyanto, sambil mengimbau warga untuk berada di luar rumah. Hingga berita ini diturunkan, gempa susulan beberapa kali terjadi dan dirasakan warga kota Mataram, ibu kota Provinsi NTB. "Getaran gempa cukup besar dan relatif lama. Guncangan juga masih terasa," kata Amroni, salah seorang warga kelurahan Kebon Sari, Kota Mataram, yang berhamburan keluar rumah bersama seluruh anggota keluarganya saat terjadi gempa.
Kamis, 26 Juli 2018
Selasa, 17 Juli 2018
Senin, 16 Juli 2018
SKRIPSI LENGKAP PGMI LOMBOK
PENERAPAN METODE INQUIRY DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH KELAS V
DI MI THOHIR YASIN LENDANG NANGKA KEC. MASBAGIK
DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH KELAS V
DI MI THOHIR YASIN LENDANG NANGKA KEC. MASBAGIK
TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013.
Oleh;
S A P R I
NPM 08.41.1.26.0208
PROGRAM STUDI S1 PGMI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI (IAIH) PANCOR
LOMBOK TIMUR
TA.2012/2013.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan langkah awal dari tahap penyelesaian tugas akhir perkuliahan sesuai dengan jadwal yang telah ada. Juga sholawat serta salam atas junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, Sang Maha Guru besar yang telah mengajarkan kita segala bagaimana kita berbuat dalam hidup dan kehidupan ini.
Sebagai suatu karya ilmiah peneliti menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini jauh dari sempurna, baik itu dari segi penyajian maupun dari segi tata bahasa. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan peneliti. Serta terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan proposal ini sehingga dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Dan akhirnya peneliti mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca, demi perbaikan proposal ini ke depan. Terimakasih.
Lendang nangka, 29 April 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
- Latar belakang......................................................................................... 1
- Identifikasi masalah................................................................................. 7
- Batasan Masalah...................................................................................... 7
- Rumusan Masalah ................................................................................... 8
- Tujuan Penelitian.................................................................................. .. 8
- Manfaat Penelitian................................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
- Tinjauan Tentang Metode Inquiry........................................................... 11
- Tinjauan Umum Tentang Aktivitas Siswa............................................... 16
- Tinjauan Umum Tentang Prestasi Belajar................................................ 21
- Kerangka Berpikir................................................................................ .. 26
- Hipotesis............................................................................................... .. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
- Metode Penelitian.................................................................................... 29
- Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. .. 29
- Subjek Penelitian.................................................................................. .. 29
- Rencana/Desain Penelitian....................................................................... 30
- Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 33
- Instrumem Penelitian............................................................................... 33
- Teknik Analisis Data ............................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Tindakan ................................................................... 37
B. Uji Hipotesis Tindakan ................................................................... 46
C. Pembahasan .............................................................. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... .. 51
B. Implikasi Penelitian.............................................................................. .. 52
C. Saran-Saran........................................................................................... .. 53
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan keharusan bagi warga negara. Sebagai makhluk individual, sosial dan normatif yang telah menjadikannya sebagai makhluk budaya. Oleh karena itu, bagi bangsa Indonesia pendidikan sebagai kebutuhan hidup merupakan hak asasi yang dilindungi dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan adalah suatu usaha proses pengembangan kepribadian dan kemampuan manusia kearah cita-cita hidup manusia itu sendiri.
Tujuan pendidikan nasional berdasarkan TAP MPR NO.II/MPR/1999 Dinyatakan bahwa; “Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945 di arahkan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusisa sedini mungkin secara terarah terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar genersi muda dapat berkembang secara optimal di sertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya.[1]
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan pembelajaran, yang didukung oleh keadaan yang kondusif serta sarana dan prasarana yang menunjang untuk dilakukan pembelajaran. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan untuk memahami materi ajar, dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang telah ditentukan dan disepakati oleh guru guna mencapai tujuan pendidikan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, seorang guru sangat berperan penting dalam mengembangkan materi standar dan membentuk kompetensi peserta didik. Sehubungan dengan itu, seorang guru dituntut untuk kreatif, profesional, dan menyenangkan. Guru MI harus kreatif dalam memilah dan memilih, serta mengembangkan materi standar sebagai bahan untuk membentuk kompetensi peserta didik. Guru MI harus profesional dalam membentuk kompetensi peserta didik sesuai dengan karakteristik individu masing-masing. Di samping itu juga, seorang guru MI dituntut untuk bisa melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan pokok pembahasan. Metode mengajar merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Metode mengajar yang ideal adalah sebuah strategi yang dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang aktif dan menyenangkan sehingga tujuan dari pokok pembelajaran dapat tercapai. Hal ini tidak terlepas juga dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di Sekolah. Dalam pembelajaran di kelas penggunaan metode untuk menyampaikan materi-materi pelajaran sering kali mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan oleh beberapa hal seperti kemampuan guru dalam memberikan materi, tanggapan atau respon peserta didik kurang, dan suasana kelas yang tidak kondusif.[2]
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil-tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik.
Keberhasilan proses dan hasil pembelajaran dikelas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah guru dan siswa, selain menguasai materi seorang guru juga dituntut untuk menguasai metode penyampaian materi tersebut. Cara guru menciptakan suasana kelas akan berpengaruh terhadap respon siswa dalam proses pembelajaran. Jadi apabila guru berhasil menciptakan suasana yang menyebabkan siswa aktif dalam belajar akan memungkinkan terjadi peningkatan hasil belajar.
Dengan uraian yang digambarkan di atas, maka perlu dicari dan diterapkan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan merangsang mereka untuk berfikir kritis sehingga nilai-nilai positif dalam masyarakat dapat dipertahankan. Selain itu, agar siswa mampu menghadapi masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Untuk mengantisipasi masalah tersebut perlu dilakukan inovasi pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Fikih. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah mampu menguasai materi pelajaran dan memilih metode dan model yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran.[3]
Sementara itu, dari hasil observasi pendahuluan penulis dengan guru mata pelajaran Fikih di MI Thohir Yasin Lendang Nangka, dalam proses pembelajaran masih bersifat teacher centered yaitu kegiatannya lebih berpusat pada guru sehingga aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang di anggap penting. Sehingga proses belajar mengajar menjadi monoton yang membuat siswa kurang bersemangat dan membosankan, dan menyebabkan proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan efisien. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan mendikte sehingga menjadikan anak hanya terfokus mendengarkan dan mencatat, tanpa banyak menggali pengetahuan. Pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, otak peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika peserta didik selesai dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi. Pembelajaran dengan hal seperti ini jika di lakukan dengan monoton tentu sebagai seorang siswa lama-lama akan merasa jenuh, bosan, aktivitas dan motivasi siswa dalam belajar akan semakin lemah dan tentunya prestasi belajarnya juga akan rendah. Adapun nilai rata-rata peserta didik di sekolah ini yang khususnya pada mata pelajaran fikih masih belum merata yakni sebagian yang memenuhi KKM yaitu 75 dan sebagian yang lain masih di bawahnya. Hal ini menuntut guru untuk memperbaiki proses pembelajaran agar bisa meningkatkan hasil belajar sehingga menjadi meningkat.
Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas maka dalam suatu pembelajaran mencapai tujuan, guru harus menggunakan berbagai macam metode atau strategi pembelajaran yang tepat dan terampil memilih serta menggunakannya. Salah satu metode yang tepat yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab permasalahan di atas antara lain yaitu metode Inquiri. Metode inquiri merupakan suatu teknik intruksional dimana dalam proses belajar mengajar siswa dihadapkan dengan suatu masalah. Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.[4] Berdasarkan hal tersebut pembelajaran melalui metode inquiri tentunya akan membawa dampak besar bagi perkembangan mental yang positif bagi siswa, sebab melalui pembelajaran ini siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan jawabannya sendiri.
Metode Inquiry ini, sangat tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran fikih dengan pokok bahasan “Mengenal Ketentuan Makanan Dan Minuman Yang Halal Dan Haram”. Pada kegiatan ini, siswa dilibatkan secara aktif dalam proses mencari tahu untuk mampu menginterpretasikan informasi tentang materi yang dipelajari.
Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian di MI Thohir Yasin Lendang Nangka dengan menerapkan sebuah metode yaitu metode inquiri. Pembelajaran ini dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Dalam menggunakan metode Inquiry yang merupakan metode penyelidikan yang memperhatikan proses mental peserta didik. Guru melakukannya dengan proses kegiatan sebagai berikut: Guru membagi tugas kepada siswa untuk meneliti suatu masalah dikelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan tiap-tiap kelompok mendapat tugas tertentu. Mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya didalam kelompok. Mengumpulkan dan menganalisis data. Dan kemudian menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah yakni: Obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.[5] Dengan menggunakan teknik ini, peneliti memiliki tujuan yaitu agar siswa terdorong untuk melaksanakan tugas dan aktif mencari sendiri serta meneliti pemecahan masalah.
Berangkat dari semua uraian di atas, peneliti mengajukan proposal penelitian dengan judul; ”Penerapan metode Inquiry Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fiqih Kelas V Di MI Thohir Yasin Lendang Nangka Kec. Masbagik Tahun Pembelajaran 2012/2013.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan di atas, maka ada beberapa identifikasi masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Siswa pada mata pelajaran Fikih masih belum merata mencapai KKM sehingga perlu diterapkan metode/strategi baru untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Guru kurang melibatkan siswa untuk melakukan aktivitas dan jarang diberikan kebebasan dalam proses belajar mengajar.
3. Guru masih menggunakan metode konvensional/ceramah saja.
4. Siswa kurang antusias dan kurang aktif mengikuti pelajaran.
5. Metode mengajar guru yang lebih mengarahkan peserta didik untuk menghafal materi.
C. Batasan masalah
Ada beberapa identifikasi masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Penerapan inquiri difokuskan pada peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran fikih khususnya pada Kompetensi Dasar “Mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram”.
2. Penerapan inquiri difokuskan pada peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fikih khususnya pada Kompetensi Dasar “Mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penerapan metode inquiri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran fikih kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka ?
2. Apakah penerapan metode inquiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fikih kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka ?
E. Tujuan Penelitan
Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran fikih kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka.
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fikih kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka.
3. Meningkatkan kemampuan berpikir siswa khususnya pada siswa tingkat MI/SD.
4. Memperbaiki dan meninkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di kelas.
5. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran di kelas, khususnya layanan kepada peserta didik.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memperkaya hasanah ilmu pengetahuan, dan dapat di gunakan sebagai acuan, masukan dan tambahan informasi bagi penulis dalam bidang pendidikan terutama dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada tingkat MI/SD.
b. Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan sebagai bahan informasi dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian di bidang pendidikan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Dengan penerapan metode inquiri ini diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar dan tetap termotivasi untuk dapat merangsang kemampuan siswa dalam meningkatkan pemahaman pada mata pelajaran fikih.
b. Bagi guru
Dengan penerapan metode inquiri ini akan dapat memberikan wawasan dan dapat menjadi alternatif yang bisa membantu mengatasi kesulitan guru dalam proses belajar mengajar.
c. Bagi pengelola pendidikan
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan umpan balik bagi pengembangan dan pembinaan pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Metode Inquiry
1. Pengetian Metode
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Selain pengertian tersebut, metode bukan hanya sebatas cara melakukan sesuatu akan tetapi metode diartikan sebagai cara untuk mencapai sesuatu. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.
Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah anak didik mencapai kopetensi tertentu, baik metode mengajar guru maupun metode belajar siswa.[6] Hamdani mengemukakan bahwa metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.[7] Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik.
Mengingat mengajar pada hakikatnya merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar, metode yang digunakan oleh guru harus mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar bagi siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar. Dengan kata lain, proses belajar mengajar merupakan proses intraktif edukatif antara guru yang menciptakan suasana belajar dan siswa yang memberi respon terhadap usaha guru.[8]
2. Metode inquiry
Inquiri berasal dari bahasa inggris “inquiry” yang secara harfiah berarti penyelidikan. Metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.[9]
Metode Inquiry adalah cara penyampaian bahan pengajaran dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan yang dihadapkan kepadanya melalui proses pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis, kritis dan sistematis.[10]
Dari sekian banyak pengertian yang disampaikan para ahli tentang metode Inquiry maka secara garis besar metode Inquiry adalah sebuah metode yang menekankan proses berfikir secara sistematis, kritis, logis dan analitis kepada peserta didik untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan yang dihadapi, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.[11]
Dengan demikian, dalam pembelajaran yang menggunakan metode Inquiry peserta didik tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal, namun sebaliknya, peserta didik akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya bila ia menguasai materi pelajaran.
Bentuk pengajaran terutama memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelidiki masalah-masalah yang ada dengan menggunakan cara-cara dan keterampilan ilmiah dalam rangka mencari penjelasan-penjelasan. Maksud utama dari pengajaran ini adalah untuk menolong siswa dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan penemuan ilmiah.
Inquiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karna itu inquiri menuntut peserta didik berpikir. Metode ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Dan metode ini, peserta didik dituntut memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analisis, dan kritis.[12]
Langkah-langkah dalam proses inkuiri :
1. Pelaksanaannya dapat dilakukan perseorangan maupun kelompok, tempat pelaksanaannya bisa di dalam maupun di luar kelas.
2. Pemberian masalah kepada siswa.
3. Hipotesis (spesifikasi permasalahan).
4. Pengumpulan data.
5. Pengolahan data untuk menjawab hipotesis yang dibuat
6. Pembuatan kesimpulan.
Strategi-strategi yang dilaksanakan dalam pelaksanaan inquiri yaitu;
1. Guru memberikan penjelasan, intruksi atau pertanyaan terhadap materi yang diajarkan.
2. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca atau menjawab pertanyaan serta pekerjaan rumah.
3. Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik.
4. Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta dasar yang telah mereka pelajari agar dapat dipahami sehingga guru dapat diyakinkan bahwa telah memahami materi yang telah dipelajari.
5. Guru memberikan penjelasan informasi sebagai pelengkap dan ilustrasi terhadap data yang disajikan.
6. Merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Kelebihan-kelebihan metode inquiri, yaitu :
1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
2. Pengetahuan yang diperoleh lebih dipahami dan lebih lama diingat, sebab mengalami sendiri proses menemukannya.
3. Siswa mendapatkan kepuasan. Kepuasan instrinsik ini mendorong siswa ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat.
4. Pengetahuan yang diperoleh lebih mudah ditransfer ke berbagai konteks
5. Melatih siswa untuk belajar mandiri.
Adapun kekurangan metode inquiri, yaitu :
1. Banyak menyita waktu.
2. Tidak menjamin siswa tetap bersemangat untuk melakukan penyelidikan.
3. Kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus kepada kekacauan dan kekaburanatas materi yang dipelajari
4. Tidak semua siswa mampu melakukan penyelidikan.
5. Untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak, akan sangat merepotkan guru.[13]
B. Tinjauan Umum Tentang Aktivitas Siswa
1. Pengertian Aktivitas
Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan–kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas–tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.[14] Sedangkan menurut Haditono, aktivtias adalah melakukan suatu kegiatan tertentu secara aktif. Aktivitas menunjukkan adanya kebutuhan untuk aktif bekerja atau melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.[15]
Mengerjakan sesuatu mengandung makna aktivitas. Guru mengatur kelas sebaik–baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga murid dapat belajar dengan efektif. Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri–ciri perilaku seperti sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.[16]
Trinandita menyatakan bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing–masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.[17]
2. Aktivitasi Belajar
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pembelajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Sten berpendapat bahwa guru harus berperan dalam mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa, artinya mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Djamarah mengemukakan bahwa: belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik. Senada dengan hal diatas, Gie mengatakan bahwa: Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran.[18]
Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan”. Hamalik mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Rousseau yang memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknisis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif, tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.[19]
Dilain pihak, Rohani menyatakan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat suatu bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Sedangkan peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) terjadi jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pengajaran. Ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, dan sebagainya. Kegiatan psikis tersebut tampak bila ia sedang mengamati dengan teliti, memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
Selanjutnya Hamalik mengatakan penggunaan aktivitas besar nilainya dalam pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses pembelajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa, siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri, siswa dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dapat mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup sehingga kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi siswa.[20]
Dengan mengemukakan beberapa pandangan di atas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh Sardiman bahwa; Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik metode mengajar di dalam kelas maupun metode mengajar di luar kelas. Penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk yang berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan dengan orientasi sekolah yang menggunakan jenis kegiatan tersebut.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri tentang konsep-konsep dengan bantuan guru.[21]
Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar yang dimaksud adalah aktivitas jasmaniah dan mental yang dapat digolongkan dalam 4 hal, yaitu:
1. Aktivitas visual seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demonstrasi.
2. Aktivitas lisan seperti bercerita, membaca sajak, diskusi dan Tanya jawab.
3. Aktivitas mendengarkan seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah dan pengarahan.
4. Aktiitas seperti mengarang, mengeluarkan ide dan membuat laporan dan lain sebagainya.
Aktivitas-aktivitas tersebut memiliki kadar yang berbeda tergantung pada tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Selain aktivitas tersebut terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: pengetahuan awal, refleksi, motivasi, keragaman individu, kemandirian dan kerjasama, belajar dan kebersamaan, siswa sebagai pembangun gagasan, cara belajar serta suasana pendukung.[22]
C. Tinjauan Umum Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.[23]
Prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kelakuan atau keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.[24]
Prestasi dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, efektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes ataupun dengan instrumen yang relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
Setelah menelusuri uraian diatas dapat dipahami mengenai makna kata prestasi dan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam individu, yaitu perubahan tingkah laku.[25]
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok berdasarkan kemampuan dan keterampilan dari aktivitas dalam belajar.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam( intern) dan faktor dari luar (ekstern)
a. Faktor internal
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut.
1) Kecerdasan (inteligensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar yang disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemapuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Tingkat inteligensi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi inteligensi seorang siswa, semakin tinggi pula peluang untuk meraih prestasi yang tinggi.
2) Faktor jasmani atau faktor fsikologis
Kondisi jasmaniah atau fsikologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Faktor jasmaniah yaitu panca indra yang tidak berpungsi sebagaimana memstinya.
3) Sikap
Sikap, yaitu suatu kecendungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, atau benda dengan suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan.
4) Minat
Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecendrungan untuk selalu memerhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus. Minat ini sangat berkaitan dengan perasaan, terutama perasaan senang. Dapat dkatakan minat itu terjadi karna perasaan senang pada sesuatu.[26]
5) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masibg-masing.[27]
6) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang sangat penting karna hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.[28]
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar.[29]
1) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.
Hamdani, mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karna dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.[30]
Oleh karna itu, orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Adapun sekolah merupakan pendidikan lanjutan.
2) Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karna itu lingkungan sekolah yang baikdapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat.[31]
3) Lingkungan masyarakat
Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam peroses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan peribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada.[32]
D. Kerangka berpikir
Dalam proses belajar mengajar tradisional, guru lebih mendominasi kegiatan siswa terlalu pasif, sedangkan guru lebih aktif dan lebih berinisiatif.
Aktivitas anak terbatas pada mendengar, mencatat, dan menjawab bila guru memberikan pertanyaan. Siswa hanya bekerja menurut perintah dan cara berfikir yang telah digariskan guru. Proses belajar semacam ini tidak mendorong siswa berfikir dan berkereasi.
Penggunaan metode inquriy adalah salah satu alternatif untuk mengatasi problem yang di hadapi oleh siswa. Dengan ditetapkannya penggunaan metode inquiry di harapkan siswa lebih aktif dan menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penggunaan metode inquiry dianggap perlu untuk diuji cobakan dalam rangka untuk memahami konsep atau isi pelajaran guna meningkatkan daya serap dan tingkat keaktifan belajar siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini !
Gambar 1.1 Kerangka berpikir
E. Hipotesis Tindakan
Sebelum diajukan hipotesis penelitian terlebih dahulu dikemukakan secara singkat tentang hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.[33]
Berdasarkan pendapat di atas maka yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan yang bersifat sementara dan diakui kebenarannya untuk membuktikan terlebih dahulu hipotesis. Berikut dikemukakan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: “Jika penerapan metode inquiri yang dilaksanakan dengan baik, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fiqih kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka kec. Masbagik.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Action research Class).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan guru/peneliti didalam kelas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Metode penelitian kelas ini menekankan pada suatu kajian yang benar-benar dari situasi alamiah kelas.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Lokasi yang digunakan tempat penelitian adalah Madrasah Ibtidaiyah Thohir Yasin Lendang nangka kecamatan Masbagik Lombok Timur. Peneliti melaksanakan ditempat tersebut dengan alasan karna tempat sekolah MI terdekat dari alamat peneliti sehingga lebih memudahkan peneliti dalam melaksakan penelitian, dapat menghemat waktu dan biaya. Penelitian dilaksanakan pada smester I kelas V Tahun Pelajaran 2012/2013
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek yang digunakan adalah siswa kelas V MI Thohir Yasin Lendang Nangka Kecamatan Masbagik Lombok Timur Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 17 orang siswa yang terdiri dari 11 laki-laki dan 6 putri.
D. Rencana/Desain penelitian
| ||||||||||||
|
|
| ||||||||||
| ||||||||||||
| ||||||||||||
|
| ||||||||||
| |||||||||||
|
Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, tindakan/pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Rincian kegiatan yang akan dilakukan pada tiap-tiap tahap untuk siklus adalah:
a. Siklus I
1. Perencanaan.
Hal-hal yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini adalah:
a) Mensosialisasikan pengajaran dengan menerapkan model pembelajaran pemberian tugas variasi tugas kepada siswa.
b) Membuat rencana pembelajaran
c) Mendesain alat observasi aktivitas siswa
d) Membentuk kelompok yang sudah direncanakan
e) Menyusun tes hasil belajar
2. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Kegiatan-kegiatan pada tahap ini adalah:
a) Kegiatan awal
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan apersepsi terhadap pengetahuan awal siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi yang akan dipelajari pada hari itu.
b) Kegiatan inti
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain: (1). Guru menyampaikan materi, (2) Membagi tugas pada tiap kelompok kooperatif, (3) Guru memberikan penjelasan dan pengarahan tentang apa yang akan dilakukan siswa (melakukan penyelidikan). (4) Memantau kegiatan kelompok dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya, (5) Guru membimbing diskusi kelas serta memberikan penguatan atas hasil penyelidikan masing-masing kelompok.
c) Penutup
1) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil penyelidikan yang sesuai dengan tugas dan kelompok masing-masing.
2) Evaluai hasil penyelidikan dilakukan pada tiap kelompok melalui pemberian tes pada akhir proses belajar mengajar berupa soal pilihan ganda dan isian.
3) Guru memberikan sebuah penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasi kelompok
3. Observasi/pengamatan
Dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah dibuat peneliti. Obyek yang diobservasi adalah keaktifan dan semangat siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari hasil observasi dan evaluasi, menganalisis hambatan-hambatan yang muncul ketika proses pembelajaran untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang timbul selama kegiatan belajar mengajar.
b. Siklus II
Pada siklus II ini, prinsipnya semua kegiatan sama dengan siklus I,dengan perubahan berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, serta refleksi dari siklus I
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode tes dan observasi. Untuk metode tes digunakan instrument tes, sedangkan metode observasi di gunakan instrument lembar observasi. Adapun cara pengambilan data sebagai berikut :
1. Memberikan tes kepada siswa menyangkut hasil belajar
2. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dari lembar observasi.
3. Data tentang refleksi diri dan perubahan-perubahan yang terjadi dikelas diambil dari instumen yaitu : Instrumen tes dan instrumen lembar observasi.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan sebagai pengumpul data yang harus dirancang dan dibuat, sehingga menghasilkan data empiris sebagai mana adanya. Dapat disimpulkan instrument dalam penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.[34]
Adapun instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan pengamatan secara langsung, observasi yang digunakan berupa lembaran observasi yang sudah dirancang. Adapun pedoman observasi guru dan observasi aktifitas siswa antara lain yaitu:
a. Lembar observasi Guru antara lain :
1) Guru merumuskan masalah yang dihadapkan kepada siswa dengan data secukupnya.
2) Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisasikan, dan menganalisis data tersebut
3) Membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan baru.
4) Membantu siswa menerapkan dan mengembangkan pengetahuan baru terhadap penyelesaian masalah.
5) Guru Memberikan kesimpulan dari materi yang telah disampaikan.
6) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya materi yang belum dipahami.
7) Ketepatan waktu sesuai dengan rencana pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa antara lain :
1) Aktivitas belajar siswa melaksanakan pembelajaran
2) Interaksi siswa dengan siswa
3) Interaksi siswa dengan guru
4) Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
5) Keberanian siswa dalam bertanya
6) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar
2. Tes
Menurut Ridwan, tes sebagai instrument pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.[35] Tes yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur data mengenai prestasi belajar siswa pada pembelajaran fikih tentang mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram melalui metode inquiry. Adapun tes yang dimaksud yaitu berupa tes objektif berupa pilihan ganda (mulitiple coice) yang dibuat oleh peneliti sendiri.
G. Teknik Analisis Data
1. Data Aktifitas Siswa
Mengenai data aktivitas siswa akan dianalisa dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan:
As = skor rata-rata aktivitas siswa
x = skor masing-masing indikator
i = banyaknya indikator
Keterangan:
Mi = Mean ideal
SDi = Standar deviasi ideal
Dalam menentukan aktifitas siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel : Indikator kategori aktivitas siswa
Interval
|
Nilai
|
Kriteria
|
Mi + 1,5 SDi<A
|
4,5 > A
|
Sangat aktif
|
Mi + 0,5 SDi<A≤ Mi + 1,5 SDi
|
3,5 < A ≤ 4,5
|
Aktif
|
Mi - 0,5 SDi<A≤ Mi + 0,5 SDi
|
2,5 < A ≤ 3,5
|
Cukup aktif
|
Mi - 1,5 SDi<A≤ Mi - 0,5 SDi
|
1,5 < A ≤ 2,5
|
Kurang aktif
|
A≤ Mi - 1,5 SDi
|
A ≤ 1,5
|
Sangat kurang aktif
|
2. Data Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, hasil tes dianalisis secara deskrifitif yaitu dengan rumus sebagai berikut:
, untuk klasikal
Keterangan :
P = Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 7,5
KB = Ketuntasan belajar
N = Banyaknya siswa[36]
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka pada materi mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram dengan menggunakan metode inquiry. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka tahun pelajaran 2012/2013. Dengan jumlah siswa 17 orang yang terdiri dari 11 siswa dan 6 siswi. Pada penelitian ini, peneliti memperoleh data kualitatif dan data kuantitatif. Dimana data kuantitatif diperoleh tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan data kuantitatif diperoleh tentang hasil belajar siswa. Data tentang aktivitas belajar siswa dan kegiatan guru dalam proses belajar mengajar diperoleh dari lembar observasi sedangkan data tentang prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes atau evaluasi. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pada pelaksanaan pemberian tindakan (pembelajaran) dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengamat (observer) adalah guru bidang study. Sedangkan yang bertindak sebagai pelaksana adalah peneliti sendiri.
Adapun data dalam penelitian ini yaitu
1. Deskripsi Data Sebelum Pelaksanaan Tindakan
Adapun data kondisi awal siswa sebelum pelaksanaan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
Tabel 4.1 Data kondisi awal siswa sebelum pelaksanaan PTK
No
|
NAMA SISWA
|
Nilai
|
Ket
| |
1
|
AHMAD FATONI
|
80
|
Tuntas
| |
2
|
ALMAKRIFATULLAH
|
60
|
Tidak Tuntas
| |
3
|
DODY HARDI
|
30
|
Tidak Tuntas
| |
4
|
EKA YULISTINA
|
10
|
Tidak Tuntas
| |
5
|
L. ASRANI KAMAL
|
70
|
Tidak Tuntas
| |
6
|
LINDAWATI
|
40
|
Tidak Tuntas
| |
7
|
M. SUNANDAR ISMAIL
|
75
|
Tuntas
| |
8
|
RIZKIKA MAULIDA
|
70
|
Tidak Tuntas
| |
9
|
RISKA
|
80
|
Tuntas
| |
10
|
RAMDANI
|
65
|
Tidak Tuntas
| |
11
|
SAUFI RAHMI
|
80
|
Tuntas
| |
12
|
SAHRUL HAMDI
|
90
|
Tuntas
| |
13
|
YUSRIL HAFIZIL
|
60
|
Tidak Tuntas
| |
14
|
ZULKARNAEN
|
20
|
Tidak Tuntas
| |
15
|
FATHURRAHMAN
|
10
|
Tidak Tuntas
| |
16
|
RAHMATULLAILI
|
45
|
Tidak Tuntas
| |
17
|
NURIADIN IBNU MAS’UD
|
30
|
Tidak Tuntas
| |
Jumlah
|
915
| |||
Nilai rata-rata
|
53.82
|
Tidak Tuntas
| ||
Ketuntasan
|
29.41%
|
Data awal siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran melalui metode inquiry pada siswa kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka dengan pelaksanaan PTK. Standar KKM untuk standar kompetensi mengenenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram adalah 75
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Setelah Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a. Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Berdasarkan hasil perhitungan tentang data aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran metode inquiry pada siklus I pada pertemuan I, tergolong cukup aktif karena skor aktivitas siswa sebesar 3.4 pada interval 2,5 < A ≤ 3,5. Selanjutnya pada pertemuan ke-2 skor aktivitas siswa sebesar 3.7 berada pada interval 2,5 < A ≤ 3,5 dan ini tergolong aktif, maka aktivitas siswa pada siklus berikutnya perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I dari dua kali pertemuan dengan skor rata-rata siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1. Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No
|
Pertemuan
|
Jumlah Nilai
|
Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
I
|
358
|
3.4
|
Cukup aktif
|
2
|
II
|
385
|
3.7
|
Aktif
|
Nilai Mean Ideal (MI) = ½ (5+1) = 3, Sdi = 1/6 (5 - 1) =0.67 jadi dalam menentukan aktifitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 : Indikator Kategori Aktivitas Siswa
Interval
|
Nilai
|
Kriteria
|
Mi + 1,5 SDi<A
|
4,5 > A
|
Sangat aktif
|
Mi + 0,5 SDi<A≤ Mi + 1,5 SDi
|
3,5 < A ≤ 4,5
|
Aktif
|
Mi - 0,5 SDi<A≤ Mi + 0,5 SDi
|
2,5 < A ≤ 3,5
|
Cukup aktif
|
Mi - 1,5 SDi<A≤ Mi - 0,5 SDi
|
1,5 < A ≤ 2,5
|
Kurang aktif
|
A≤ Mi - 1,5 SDi
|
A ≤ 1,5
|
Sangat kurang aktif
|
Dari kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa yang telah ditetapkan ini berarti bahwa kriteria aktivitas belajar siswa pada siklus I tergolong cukup aktif, karena itu aktivitas siswa pada siklus berikutnya perlu ditingkatkan.
Dari hasil observasi terlihat bahwa siswa kurang mampu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya sehingga siswa yang lain kurang memberikan tanggapan, banyak siswa yang terpengaruh dengan situasi di dalam kelas maupun diluar kelas selama pembelajaran yang mengakibatkan siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, siswa masih malu bertanya, serta kurangnya kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan.
b. Data Hasil Observasi Guru
Hasil observasi menunjukkan bahwa guru kurang mampu mengarahkan pengetahuan siswa yang didapat melalui pengelaman mereka ke konsep yang benar. Guru kurang memberikan contoh masalah sehari-hari yang berkaitan dengan konsep yang diajarkan
c. Data Hasil Belajar Siswa
Data ringkasan hasil belajar siswa siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Ringkasan Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus I
Jumlah
Siswa
|
Total Nilai
|
Nilai Rata-rata
|
Banyak Siswa Yang Tuntas
|
Persentase Ketuntasan
|
17
|
1060
|
62.35
|
5
|
29 %
|
Perolehan hasil tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa belum tercapai karena ketuntasan belajar klasikal masih kurang dari 85%
Berdasarkan hasil pengamatan (observasi), kemungkinan penyebab belum terciptanya suasana yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran adalah:
a) Guru kurang mampu dalam mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata
b) Banyak diantara siswa yang kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
c) Masih kurangnya keberanian siswa dalam bertanya terutama pada keterampilan bertanya dan mengajukan pertanyaan terbuka.
d) Kurangnya partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar.
e) Kurangnya alokasi waktu yang disediakan untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus pertama, khususnya pada saat pengembangan.
Karena belum tercapainya hasil yang diharapkan pada siklus I, maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus II untuk mendapatkan hasil yang optimal dimana itu merupakan syarat belajar baik secara individual maupun klasikal.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi siklus I, setelah pelaksanaan tindakan menunjukkan hasil yang belum memenuhi harapan yaitu belum mencapai taraf ketuntasan secara klasikal (ketuntasan klasikal yang diperoleh adalah 29% dari 17 siswa). Dengan demikian, siswa secara keseluruhan belum dikatakan tuntas secara klasikal. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya–upaya perbaikan pada siklus berikutnya.
Berpedoman pada hasil diatas, maka perlu dilakukan beberapa perbaikan perencanaan dan tindakan untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus kedua.
Perbaikan – perbaikan yang perlu dilakukan antara lain adalah :
a) Pada siklus I kesiapan siswa untuk mempelajari materi masih kurang ini terlihat dari beberapa siswa yang tidak membawa alat bantu seperti buku paket, padahal dalam belajar dan pembelajaran paket tersebut sangat diperlukan. Untuk itu guru mengingatkan pada siswa agar membawa buku paket pada pembelajaran berikutnya.
b) Pada siklus I komunikasi dan kerjasama antara siswa yang satu dengan yang lainnya tampak kurang. Siswa yang berkemampuan rendah kurang mau bekerjasama dan enggan bertanya pada temannya yang berkemampuan tinggi. Begitu juga dengan siswa yang berkemampuan lebih tinggi kurang mau bekerjasama dengan temannya yang berkemampuan rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka pada siklus II guru menentukan tutor sebaya untuk tiap-tiap siswa yang sudah dikatakan bisa agar mau membantu dan mengajari temannya yang belum bisa. Guru menentukan kepada siswa bahwa siswa yang dikatakan berhasil apabila mengerti atau bisa menjawab pertanyaan yang diberikan dan terjalin kerjasama yang baik diantara siswa dengan siswa yang lainnya. Dan bila perlu guru membuatkan kelompok agar bisa bekerja sama antar kelompok.
c) Pada saat siswa diberikan kesempatan untuk diskusi, beberapa siswa mengalami kesulitan dan memerlukan waktu yang cukup banyak untuk menentukan jawaban. Melihat kendala ini, maka pada siklus II guru menjelaskan tentang pentingnya pembagian tugas kelompok agar setiap anggota memiliki tanggung jawab.
d) Pada saat siswa melakukan persentase, siswa antar kelompok saling membantu untuk menjawab soal-soal yang sudah disediakan. Pada diskusi ini masih didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi untuk menjawab, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah hanya menonton dan masih mengandalkan temannya yang berkemampuan lebih tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut guru menekankan kepada siswa bahwa setiap anggota kelompok yang maju semua anggota kelompoknya harus berani mengemukakan jawaban soal-soal yang sudah tersedia dari hasil diskusi mereka.
e) Pada siklus I siswa merasa malu untuk bertanya, mengajukan pendapat dan menjawab pertanyaan guru. Untuk mengatasi masalah tersebut pada siklus II guru memotivasi siswa untuk lebih berani mengemukakan pendapatnya, tidak takut salah dan jika siswa mengalami kesulitan maka siswa jangan malu untuk bertanya baik kepada teman dalam kelompoknya ataupun pada guru.
3. Deskripsi Data Hasil Penelitian Setelah Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a. Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Dari hasil kegiatan pembelajaran pada siklus ke- II diperoleh data kualitatif sebagai berikut:
a) Keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran relatif lebih baik dan hanya beberapa orang siswa saja yang pasif
b) Waktu pembelajaran yang dialokasikan (direncanakan) mencukupi untuk menyelesaikan materi yang direncanakan.
c) Secara umum kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik walaupun pada saat mengerjakan latihan ada siswa yang masih melihat jawaban temannya.
Data lengkap tentang aktivitas belajar siswa pada siklus II berdasarkan hasil observasi dari tiga (3) kali pertemuan skor rata-rata kategori aktivitas belajar siswa cukup aktif karena skor aktivitas siswa sebesar 3.4 berada pada interval 2,5 < A ≤ 3,5. Selanjutnya pada pertemuan ke-2 skor aktivtas siswa sebesar 3.7 berada pada interval 3,5 < A ≤ 4,5 tergolong aktif, Sedangkan pada pertemuan ke-3 skor aktivitas siswa sebesar 4.1 berada pada interval 3,5 < A ≤ 4,5 dan tergolong aktif. Untuk lebih jelasnya hasil rata-rata aktivitas siswa disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No
|
Pertemuan
|
Jumlah Nilai
|
Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
I
|
358
|
3.4
|
Cukup aktif
|
2
|
II
|
385
|
3.7
|
Aktif
|
3
|
III
|
419
|
4.1
|
Aktif
|
Dari hasil observasi terlihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa pada setiap aspek. Hal ini terlihat dari hasil penskoran aktivitas siswa.
b. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru
Hasil observasi menunjukkan bahwa guru telah mampu memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya.
c. Data Hasil Belajar Siswa
Data lengkap tentang prestasi belajar siswa pada siklus II yang menunjukkan bahwa hasil evaluasi belajar siswa adalah 88.23 % dimana dari 17 siswa, terdapat 15 siswa yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata 87.05, data ringkasan hasil evaluasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.5 :Ringkasan Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus II
Jumlah
Siswa
|
Total Nilai
|
Nilai Rata-rata
|
Banyak Siswa Yang Tuntas
|
Persentase Ketuntasan
|
17
|
1480
|
87.05
|
15
|
88.23%
|
Berdasarkan syarat ketuntasan belajar yang telah ditetapkan kurikulum adalah minimal 85% yang memperoleh nilai hasil evaluasi rata-rata adalah 87.05. Jadi berdasarkan tabel ringkasan hasil evaluasi belajar siswa siklus II di atas menunjukkan bahwa telah tercapai target ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh kurikulum.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas 87.05 dan persentase ketuntasan belajar siswa adalah 88.23%. Dari hasil yang diperoleh pada siklus II ternyata target yang diterapkan kurikulum telah tercapai, sehingga dengan demikian pada siklus berikutnya dapat dihentikan, tetapi ada beberapa siswa yang masih dibawah yang ditargetkaan oleh kurikulum, maka sangat perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru bidang studi yang bersangkutan. Perhatian khusus yang dimaksud disini adalah memberikan bimbingan belajar khusus maupun bimbingan sosial yang sesuai dengan siswa yang bersangkutan.
B. Uji Hipotesis Tindakan
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan diterima atau ditolak. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah berupa hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi: “Pengunaan metode inquiry dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pelajaran FIKIH pada siswa kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka tahun pelajaran 2012/2013”.
Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan uji ketuntasan belajar, tujuan dalam penelitian adalah ingin mengetahui ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan metode inquiry.
Dari hasil penghitungan data yang diperoleh (pada lampiran) bahwa upaya peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 62.35 dan nilai rata-rata siswa pada siklus II sebesar 87.05 yang berarti ada peningkatan sebesar 8 %. Sedangkan ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 29.41% dan pada siklis II ketuntasan belajar siswa sebesar 88.23%, ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 29.23%. Penerapan pembelajaran metode inquiry dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka tahun pelajaran 2011/2012.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada tiap-tiap siklus, menunjukkan bahwa hasil dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas sebesar 62.35 dengan persentase ketuntasan sebesar 29%, ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa belum mencapai target yang ditetapkan oleh kurikulum. Hal ini disebabkan oleh kerjasama dalam kelompok diskusi masih sangat kurang dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran menggunakan metode guide inquiry, ditambah lagi dengan kurangnya keberanian siswa untuk bertanya kepada teman kelompoknya maupun pada kelompok lain, kurangnya keberanian siswa untuk mengacungkan tangan untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan kurangnya keberanian siswa menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh guru. Untuk mengatasi hal tersebut guru melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses belajar mengajar serta meningkatkan hal-hal yang masih dianggap kurang yaitu dengan memberikan pemberian motivasi secara terus-menerus dan memancing minat siswa untuk bertanya sehingga apa yang belum dipahami bisa diketahui dan dapat dibahas atau dijelaskan ulang. Dan berdasarkan data aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran metode inquiry pada siklus I pada pertemuan I, tergolong cukup aktif karena skor aktivitas siswa sebesar 3.4 pada interval 2,5 < A ≤ 3,5. Selanjutnya pada pertemuan ke-2 skor aktivitas siswa sebesar 3.7 berada pada interval 2,5 < A ≤ 3,5 dan ini tergolong aktif, maka aktivitas siswa pada siklus berikutnya perlu ditingkatkan.
Pada siklus II guru melakukan penyempurnaan dan perbaikan-perbaikan kekurangan pada siklus I dengan memberikan perbaikan-perbaikan diantaranya adalah sebagai berikut: 1) guru menentukan atau memilih tutor sebaya untuk tiap-tiap kelompok untuk membantu/mengajari temannya yang belum paham tentang materi yang dipelajari dan guru menekankan kepada siswa bahwa suatu kelompok dikatakan berhasil jika tiap-tiap anggota kelompok paham tentang materi yang dipelajari dan bisa menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh guru dengan benar. 2) Guru memotivasi siswa untuk lebih berani dan tidak malu-malu untuk bertanya kepada temannya, guru mengingatkan pentingnya tugas kelompok agar semua anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama atas masalah yang ada pada kelompoknya. 3) Guru menekankan pada siswa bahwa tiap kelompok yang maju persentase harus semua anggota kelompoknya berani dan bisa mengemukakan pendapat dari hasil diskusi mereka. Pada siklus II ini guru memfokuskan pada pemberian perhatian untuk semua kelompok dan lebih meningkatkan pada cara membimbing siswa dalam proses pembelajaran.
Dengan menerapkan pembelajaran metode inquiry dalam pembelajaran FIKIH dapat membawa siswa pada berperan aktif dan mengikut sertakan kemajuan yang dimiliki oleh siswa, maka dengan demikian pemahaman tentang suatu materi dapat diterima oleh siswa dengan baik. Karena dengan mencampurkan para siswa dengan kemampuan yang beragam, maka siswa yang kurang akan sangat membantu dan termotivasi siswa yang lebih, demikian juga siswa yang lebih akan semakin terasah pemahamannya. Ini berarti bahwa pembelajaran metode guide inquiry efektif dalam pembelajaran Fikih kerena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan demikian pembelajaran inquiry dapat diterapkan pada pelajaran FIKIH. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran pada setiap sikuus, sehinga peneliti mengatakan bahwa dengan metode inquiry dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah penerapan pembelajaran metode inquiry dalam pelajaran FIKIH dapat meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka. upaya peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 62.35 dan nilai rata-rata siswa pada siklus II sebesar 87.05 yang berarti ada peningkatan sebesar 8 %. Sedangkan ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 29% dan pada siklis II ketuntasan belajar siswa sebesar 88.23%, ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 29.23%. Penerapan pembelajaran metode inquiry dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka tahun pelajaran 2012/2013.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan antara lain :
1. Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar Fikih siswa dengan menerapkan pembelajaran inquiry pada pokok bahasan mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram dapat meningkatakan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis, dimana pada siklus I mempunyai nilai ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 29% dan pada siklis II ketuntasan belajar siswa sebesar 88.23%, ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 29.23%. Penerapan pembelajaran metode inquiry dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka tahun pelajaran 2012/2013.
2. Penerapan dengan menggunakan metode inquiry dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada kelas V di MI Thohir Yasin Lendang Nangka, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas siswa dan guru dari siklus ke siklus mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I pada pertemuan I, tergolong cukup aktif karena skor aktivitas siswa sebesar 3.4 pada interval 2,5 < A ≤ 3,5. Selanjutnya pada pertemuan ke-2 skor aktivitas siswa sebesar 3.7 berada pada interval 2,5 < A ≤ 3,5 dan ini tergolong aktif. Dan persentase tentang aktivitas belajar siswa pada siklus II berdasarkan hasil observasi dari tiga (3) kali pertemuan skor rata-rata kategori aktivitas belajar siswa cukup aktif karena skor aktivitas siswa sebesar 3.4 berada pada interval 2,5 < A ≤ 3,5. Selanjutnya pada pertemuan ke-2 skor aktivtas siswa sebesar 3.7 berada pada interval 3,5 < A ≤ 4,5 tergolong aktif. Sedangkan pada pertemuan ke-3 skor aktivitas siswa sebesar 4.01 berada pada interval 3,5 < A ≤ 4,5 dan tergolong aktif.
B. Implikasi Penelitian
Implikasi dalam penelitian ini adalah keterlibatan sesuatu yg termasuk atau tersimpul, dengan menerapkan pembelajaran metode inquiry dalam pembelajaran Fikih dapat membawa siswa pada berperan aktif dan mengikut sertakan kemajuan yang dimiliki oleh siswa, maka dengan demikian pemahaman tentang suatu materi dapat diterima oleh siswa dengan baik. Karena dengan mencampurkan para siswa dengan kemampuan yang beragam, maka siswa yang kurang akan sangat membantu dan termotivasi siswa yang lebih, demikian juga siswa yang lebih akan semakin terasah pemahamannya. Ini berarti bahwa pembelajaran metode inquiry efektif dalam pembelajaran Fikih kerena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan demikian pembelajaran inquiry dapat diterapkan pada pelajaran Fikih. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran pada setiap sikus. Nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 62.35 dan nilai rata-rata siswa pada siklus II sebesar 87.05 yang berarti ada peningkatan sebesar 8 %. Sedangkan ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 29.41% dan pada siklis II ketuntasan belajar siswa sebesar 88.23%, ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 29.23%. sehinga peneliti mengatakan bahwa dengan metode inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi mengenal ketentuan makanan dan minuman yng halal dan haram.
C. Saran-Saran
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini, maka saran-saran yang dapat dismpulakan adalah sebagai berikut :
1. Kepada siswa diharapkan untuk selalu belajar dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dalam mencapai cita-cita atau prestasi belajar yang diinginkan.
2. Kepada guru mata pelajaran Fikih untuk memiliki dan menggunakan metode mengajar sesuai materi pelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memberikan dorongan-dorongan yang dapat memacu semangat siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya tanpa membedakan darimana siswa berasal.
3. Kepada Kepala MI Thohir Yasin Lendang Nangka diharapkan untuk menyarankan guru mata pelajaran Fikih untuk menerapkan pembelajaran menggunakan metode inquiry dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Fikih.
4. Bagi peneliti yang berminat meneliti diharapkan mencoba model pembelajaran yang lain dan model pembelajaran yang lebih sempurna.
[1] Zulfawati, Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa di MI NW Dasan Lekong., IAIH Pancor: Proposal penelitian, 2012, hlm 1.
[2] http://id.blogspot.com/meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui metode inquiry, Kamis 15 Maret 2012.
[3] M. Husen, Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil belajar Akidah Akhlak Pada Siswa Kelas IV MIN Gunung Rajak Tahun Pelajaran 2011/2012.IAIH Pancor: Proposal penelitian, 2012.
[5] http://id.blogspot.com/meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui metode inquiry, Kamis 15 Maret 2012.
[6] http://id.blogspot.com/ aplikasi metode discovery learning dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, motivasi belajar dan daya ingat siswa, Jumat 27 April 2012
[7] Hamdani, Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2011, hlm. 80.
[8] Hamdani, Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2011, hlm. 81.
[9] E. mulyasa, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Karya, 2011, hlm . 108.
[10] http://id.blogspot.com/meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui metode inquiry, Kamis 15 Maret 2012
[11] Ibid.
[12] Misbahul Jannah, Komparasi Penerapan Metode Inquiri Dan Demonstrasi Dalam Pembelajaran Materi Pelajaran Perang Dunia Pada Siswa Smp Negeri 1 Sukamulia, STKIP, Proposal, 2007, hlm. 24
[13] Ibid.
[15] Sajaratul Hasanah. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Inquiry Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Ips Geografi Siswa Kelas VII. semester I SMPN 2 Sakra Tahun Ajaran. 2010/2011. STKIP Pancor. Skripsi. 2010.
[17] Ibid.
[18] Ibid.
[19] Ibid.
[20] Ibid.
[21] Ibid.
[22] Sajaratul Hasanah. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Inquiry Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Ips Geografi Siswa Kelas VII. semester I SMPN 2 Sakra Tahun Ajaran. 2010/2011. STKIP Pancor. Skripsi. 2010.
[23] Hamdani, Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2011, hlm. 137
[24] R. Dody sutrisno. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII.E MTS Negeri Model Selong. STKIP Pancor. Skripsi. 2011.
[25] Hamdani, Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2011, hlm. 138
[26] Ibid. hlm. 140
[27] Ibid. hlm. 141
[28] Ibid. hlm. 142
[29] Ibid. hlm. 143
[30] Ibid. hlm. 144
[31] Ibid.
[32] Ibid.
[33] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung; Alfabeta,2010, hlm. 64
[34] Mardiana, Penerapan Metode Guide Inquiry Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Terpadu Siswa MTs. NW Rumbuk Kelas VII Tahun Pelajaran 2010/20, STKIP Pancor, Skripsi, 2010.
[35] Sajaratul Hasanah. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Inquiry Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Ips Geografi Siswa Kelas VII. semester I SMPN 2 Sakra Tahun Ajaran. 2010/2011. STKIP Pancor. Skripsi. 2010
[36] Ibid.
DAFTAR FUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dody Sutrisno. R. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe (NHT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII.E MTS Negeri Model Selong. STKIP Selong. Skripsi.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Husen, M. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil belajar Akidah Akhlak Pada Siswa Kelas IV MIN Gunung Rajak Tahun Pelajaran 2011/2012.IAIH Pancor: Proposal penelitian.
http://bloqyeni.blogspot.com/2009/06/metode-inkuiri.html, Diakses tanggal 7 mei 2012
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2098069-metode-pembelajaran-inkuiri-dan-discovery/#ixzz1RSn6hyZT. Diakses tanggal 15 Maret 2012.
Hasanah, Sajaratul. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Inquiry Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Ips Geografi Siswa Kelas VII. semester I SMPN 2 Sakra Tahun Ajaran. 2010/2011. STKIP Selong. Skripsi.
Jannah, Misbahul. 2007. Komparasi Penerapan Metode Inquiri Dan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Materi Pelajaran Perang Dunia Pada Siswa Smp Negeri 1 Sukamulia, Tahun Pembelajaran 2007/2008. STKIP Selong. Skripsi
Mardiana. 2010. Penerapan Metode Guide Inquiry Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Terpadu Siswa MTs. NW Rumbuk Kelas VII Tahun Pelajaran 2010/20. STKIP Pancor. Skripsi.
Mulyasa, E. 2010. Menjadi guru propesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurzaman. A. 2011. Pendidikan Agama Islam Fikih Kurikulum 2008 Untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas V. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantiatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Zulfawati. 2012. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa di MI NW Dasan Lekong. IAIH Pancor: Proposal penelitian.
Catatan : untuk lampiran bisa hub. 087763179222
email : manwlendangnangka22@gmail.com
Langganan:
Postingan (Atom)